Harga Emas Global Turun Tajam

Emas Antam/@pixabay)
Emas Antam/@pixabay)

Faktaambon.id, AMBON – Pada Jumat, 25 April 2025, harga emas spot melemah signifikan sebesar 1,7% ke level US$ 3.292,99 per troy ons.

Penurunan ini terjadi di tengah penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang kembali menarik minat investor ke mata uang safe-haven global tersebut, serta meredanya ketegangan perdagangan antara AS dan China yang sebelumnya menjadi katalis utama reli harga emas.

Penguatan greenback membuat komoditas berdenominasi dolar, seperti emas, menjadi relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.

Sepanjang pekan ke-25 April 2025, indeks dolar AS mencatat kenaikan mingguan pertama sejak Maret, mendorong penurunan harga emas batangan yang tertekan oleh biaya pembelian asing naik.

Daniel Ghali, ahli strategi komoditas TD Securities, menegaskan bahwa penguatan dolar dan pengurangan tarif oleh China “memberikan tekanan terhadap harga emas,” meski belum memicu aksi jual besar-besaran oleh investor.

Meredanya Ketegangan Perdagangan AS-China dan Dinamika Tarif
Beberapa laporan Reuters menyebut bahwa China mempertimbangkan pengecualian tarif hingga 125% untuk sejumlah produk AS, termasuk potensi pengecualian barang-barang tertentu yang terdampak.

Baca Juga: Hasto Kristiyanto Angkat Bicara soal Pencekalan KPK Terhadap Agustiani Tio Fridelina

Pemerintah Beijing bahkan meminta masukan pelaku bisnis soal daftar produk yang bisa dikecualikan.

Sementara itu, Presiden Donald Trump mengonfirmasi bahwa negosiasi langsung dengan China masih berlangsung, menandakan adanya harapan pelonggaran lebih lanjut. Ekspektasi ini membuat sentimen ‘flight to safety’ emas mereda, sehingga menekan harga dalam jangka pendek.

Meskipun demikian, harga emas berjangka AS pada penutupan pekan turun 1,5% ke US$ 3.298,40 per troy ons, dan secara keseluruhan melemah 1,2% dalam sepekan.

Namun, secara tahunan, emas masih mencatat kenaikan lebih dari 25% dan sempat menyentuh rekor US$ 3.500,05, menegaskan posisinya sebagai aset safe-haven andalan di tengah ketidakpastian ekonomi global serta aksi akumulasi dari bank sentral berbagai negara.

Analis City Index dan FOREX, Fawad Razaqzada, menambahkan bahwa “kekhawatiran terhadap perang dagang” pernah mendorong reli emas sebelumnya, tetapi hasil nyata negosiasi masih butuh waktu untuk terlihat sepenuhnya.[dit]