DPD RI Usulkan Pergantian Nama Bandara Supadio Jadi Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie

Usulan Ganti Nama Bandara Supadio Kalbar
Anggota DPD RI Syarif Melvin (Sultan Pontianak IX) dalam Rapat Kerja di Jakarta, Selasa (26/8). Foto: HO/Faktakalbar.id

Faktaambon.id, NASIONAL – Komite II Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) mendorong pergantian nama Bandara Supadio menjadi Bandara Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie. Usulan ini muncul dalam Rapat Kerja bersama Kementerian Perhubungan yang membahas Program Kerja Tahun 2025 dan Rencana Kerja 2026, Selasa (26/8).

Rapat dihadiri Wakil Menteri Perhubungan, Komjen Pol (Purn) Suntana, serta jajaran kementerian. Dalam kesempatan itu, Anggota DPD RI asal Kalimantan Barat, Syarif Melvin, yang juga Sultan Pontianak ke-IX, resmi mengajukan proposal perubahan nama bandara.

Syarif Melvin menegaskan, pergantian nama bandara bukan sekadar formalitas, melainkan penghormatan bagi Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie (1738–1808), pendiri Kota Pontianak pada 23 Oktober 1771.

“Penggantian nama bandara ini bukan sekadar soal identitas, tetapi juga penghormatan terhadap sejarah dan tokoh pendiri kota. Nama Supadio memang memiliki nilai, tetapi tidak terkait langsung dengan sejarah Kalimantan Barat,” jelasnya.

Ia menyebut ada enam alasan mendasar: menghormati jasa pendiri Pontianak, memperkuat identitas lokal, meningkatkan wisata sejarah, menyelaraskan tren nasional, membangkitkan kebanggaan masyarakat, serta mengoreksi penamaan lama yang tak memiliki kaitan historis dengan Kalbar.

Sebagai informasi, nama Supadio diambil dari Letnan Kolonel Supadio, perwira TNI AU yang gugur dalam kecelakaan pesawat di Bandung pada 1966. Tokoh tersebut tidak memiliki hubungan langsung dengan sejarah Kalimantan Barat.

Selain soal nama bandara, Syarif Melvin juga menyoroti layanan penerbangan. Ia mengungkapkan keluhan masyarakat atas turunnya frekuensi rute Pontianak–Ketapang dari empat kali menjadi satu kali per hari.

Ia juga menekankan pentingnya optimalisasi status internasional Bandara Supadio. Dengan lokasi strategis yang berbatasan dengan Malaysia, bandara ini berpotensi membuka rute ke Kuching, Kuala Lumpur, dan Singapura. Minat dari maskapai Lion Air, Citilink, dan Air Asia juga sudah ada.

Menanggapi usulan itu, Wamenhub Suntana menyatakan dukungan dan akan menindaklanjuti sesuai mekanisme.

“Proposal usulan yang dibawa Pak Syarif Melvin kami terima. Untuk pergantian nama Bandar Udara Supadio menjadi Bandara Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie akan kami tindaklanjuti sesuai mekanisme bersama DPR RI,” ujarnya.

Rapat kerja ditutup dengan penyerahan dokumen proposal resmi oleh Syarif Melvin kepada Wamenhub. Langkah ini diharapkan memperkuat identitas sejarah, budaya, serta mendukung pengembangan transportasi udara di Kalimantan Barat.