Faktaambon.id, NASIONAL – Peneliti Sejarah Merdeka Institute, Arief Gunawan, mengingatkan jurnalis anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) untuk menjaga integritas dan persatuan menjelang Kongres PWI 2025.
Menurutnya, organisasi wartawan tertua di Indonesia ini pernah mengalami perpecahan pada masa lalu.
“Kita memiliki sejarah panjang PWI sejak lahir pada 1946, setahun setelah kemerdekaan RI. Dalam perjalanannya, PWI pernah mengalami perpecahan seperti sekarang,” ujar Arief di Jakarta, Rabu (13/8/2025).
Perpecahan PWI di Masa Lalu
Arief menjelaskan, perpecahan dan dualisme kepemimpinan PWI pada masa lalu dipicu perbedaan sikap politik, bukan masalah uang. Konflik tersebut melibatkan Rosihan Anwar dan BM Diah, dua pendiri Harian Merdeka tahun 1945 bersama Joesoef Isak.
Pada 1946, Rosihan mendukung Kabinet Sjahrir, sementara BM Diah bersikap kritis. Perselisihan itu terbawa hingga Kongres PWI XIV di Palembang pada 14–19 Oktober 1970.
Akibatnya, PWI terbelah menjadi dua kubu dan baru bersatu kembali pada Kongres PWI XV di Tretes, Malang, 30 November–1 Desember 1973.
“Tiga tahun terjadi dualisme kepemimpinan. Pemerintah saat itu, melalui Operasi Khusus (Opsus) zaman Ali Moertopo, ikut mengobok-obok PWI,” kata Arief.
Peringatan untuk Kondisi Saat Ini
Arief mengingatkan, kisruh PWI sekarang tidak boleh menjadi celah pemerintah untuk mengambil alih.
“Bahaya kalau yang jadi ketua umum malah buzzer ternak Mulyono karena di-drop dari atas. Posisi komisaris sudah banyak diisi buzzer ternak Mulyono. Waspada mereka menjalar ke PWI,” tegasnya.
Arief juga menegaskan, PWI dan pers nasional lahir dari semangat patriotik. Sebelum perjuangan bersenjata, tokoh pergerakan memakai koran dan organisasi wartawan sebagai alat perjuangan. Banyak wartawan rela hidup miskin demi idealisme.
“Kewartawanan adalah panggilan jiwa. Pengabdian tanpa henti yang dituntun naluri, bukan sekadar untuk mencari kekayaan,” jelasnya.
Pada 1950-an, pers nasional diwarnai jurnalisme personal dengan tokoh seperti Mochtar Lubis (Indonesia Raya), BM Diah (Merdeka), Suardi Tasrif (Abadi), dan Rosihan Anwar (Pedoman).
Mereka bersahabat, berdebat, dan berani bersilat lidah dengan penguasa.
Tujuh Calon Ketua Umum PWI
Kongres Persatuan PWI akan digelar di Karawang, Jawa Barat, pada 29–30 Agustus 2025. Tujuh nama bakal calon Ketua Umum PWI Pusat periode 2025–2030 yang muncul di media, yaitu:
Hendry Ch Bangun (Ketum PWI hasil Kongres Bandung)
Zulmansyah Sekedang (Ketum PWI hasil KLB Jakarta)
Atal S. Depari (Ketum PWI 2018–2023)
Teguh Santosa (Ketua Bidang Luar Negeri PWI 2013–2018, anggota Dewan Kehormatan PWI 2018–2020)
Akhmad Munir (anggota Dewan Kehormatan PWI kubu Zulmansyah)
Johnny Hardjojo (Ketua Dewan Penasihat PWI Jaya)
Rusdy Nurdiansyah (Ketua PWI Kota Depok)
Arief berharap, siapapun yang terpilih dapat menjaga persatuan dan mengembalikan marwah PWI sebagai rumah besar wartawan Indonesia.













