Terlanjur Memilih

Terlanjur Memilih

LIFESTYLE, FAKTANASIONAL.NET – Aku pernah percaya bahwa cinta adalah tentang saling memiliki, saling menghargai, dan saling menjaga. Aku pikir cinta bisa mengubah segalanya, bisa membuat seseorang menjadi lebih baik, lebih mengerti, dan lebih peduli. Namun, seiring waktu berlalu, aku mulai memahami bahwa cinta tidak selalu seperti itu.

Aku memilih seseorang yang kupikir akan menjadi rumah, tempatku pulang setelah hari-hari yang melelahkan. Namun, yang kudapat justru sebaliknya. Aku terperangkap dalam hubungan yang menguras emosi, yang menuntut banyak dariku tanpa pernah memberi balasan yang sepadan. Aku tetap bertahan, berharap ada perubahan, berharap bahwa suatu hari, ia akan menyadari betapa berartinya aku.

Namun, harapan itu hanyalah ilusi yang kubangun sendiri.

Cinta yang Tidak Seimbang: Bertahan atau Pergi?

Dalam sebuah hubungan, keseimbangan adalah kunci utama. Ketika satu pihak terus memberi tanpa pernah menerima, hubungan itu menjadi beban yang perlahan-lahan menghancurkan. Aku merasakan ini setiap hari—aku yang selalu mencoba memahami, selalu berusaha membahagiakan, tetapi tidak pernah benar-benar dihargai.

Aku pernah berpikir, mungkin aku yang kurang berusaha. Mungkin aku belum cukup baik. Namun, seberapa keras aku mencoba, ia tetap sama—tetap menuntut tanpa pernah mau memberi. Aku mulai kehilangan diriku sendiri. Aku menjadi seseorang yang selalu takut melakukan kesalahan, takut mengecewakan, bahkan takut mengungkapkan perasaan.

Hingga akhirnya aku sadar, bahwa mencintai seseorang bukan berarti harus kehilangan diri sendiri. Jika cinta hanya menghadirkan luka, lalu apa gunanya bertahan?

Aku mulai bertanya pada diriku sendiri: apakah aku bertahan karena masih mencintai, atau hanya karena takut sendirian?

Melepaskan: Luka atau Jalan Menuju Kebahagiaan?

Melepaskan bukan hal yang mudah. Aku telah membangun banyak kenangan, menaruh begitu banyak harapan, dan memberikan seluruh hatiku. Namun, perlahan aku menyadari bahwa bertahan dalam hubungan yang tidak sehat hanya akan semakin menyakitkan.

Aku takut kehilangan, tapi lebih dari itu, aku takut terus hidup dalam luka. Aku takut kehilangan harapan bahwa cinta yang lebih baik itu ada. Aku takut terus-menerus bertanya, “Apa yang salah denganku?” saat kenyataannya, masalahnya bukan hanya ada pada diriku, tapi juga pada dia yang tidak bisa menghargai.

Maka aku memilih untuk pergi.

Aku memilih untuk tidak lagi bertahan dalam cinta yang hanya menyisakan luka. Aku memilih untuk kembali mencintai diriku sendiri sebelum mencintai orang lain. Mungkin keputusanku ini menyakitkan, tapi aku percaya, bahwa suatu hari nanti aku akan bersyukur telah berani melepaskan.

Karena cinta sejati bukan tentang bertahan dalam kesakitan, tetapi tentang menemukan seseorang yang mau berjuang bersama.

Belajar Memilih dengan Bijak dalam Cinta

Dalam hidup, kita sering kali dihadapkan pada pilihan. Kadang, kita memilih dengan hati, tanpa benar-benar mempertimbangkan apakah pilihan itu baik untuk diri kita sendiri. Aku telah belajar dengan cara yang sulit bahwa cinta tidak cukup jika hanya satu pihak yang berjuang.

Jika kamu saat ini berada dalam hubungan yang tidak sehat, bertanyalah pada dirimu sendiri: apakah ini cinta yang kamu inginkan? Apakah bertahan benar-benar membuatmu bahagia? Jika jawabannya tidak, mungkin sudah waktunya untuk melepaskan.

Cinta seharusnya membuat kita tumbuh, bukan hancur. Jangan sampai terlanjur memilih, hanya untuk menyadari bahwa pilihan itu adalah kesalahan yang membuatmu kehilangan dirimu sendiri.[dit]